Banyak orang memelihara perkutut antara lain karena sosok tubuhnya, keindahan bulu dan suaranya, bahkan ada yang percaya dengan kekuatan magis yang dipunyai burung ini.
Pada jaman dulu burung perkutut banyak dipelihara kaum bangsawan, bahkan raja - raja memperlakukan burung ini sebagai binatang kesayangan atau klangenan.
Konon burung ini bisa membawa rejeki dan menimbulkan ketenteraman bagi pemiliknya, maka wajar jika burung ini sangat digemari.
Masyarakat tradisional Jawa dahulu menempatkan arti perkutut ini sejajar dengan kebutuhan hidup. Pada saat itu ada 5 hal yang melambangkan status sosial, yaitu: wanita (isteri), wisma (rumah), curiga (keris), turangga (kuda) dan kukila (burung perkutut). Kelekatan perkutut pada masyarakat tradisional Jawa bahakan diungkapkan dalam tembang "Kutut Manggung", yang sampai saat ini masih digemari.
Yang jelas burung perkutut mempunyai warna yang indah, bersuara merdu dan berbentuk ramping lincah, hingga nampak anggun walau tampil sederhana. Beberapa kelehihan burung inilah yang mendasari dipilihnya satwa ini sebagai ciri khas fauna Daerah Istimewa Yogyakarta.