Senin, 04 Februari 2013

burung perkutut kesayangan


Banyak orang memelihara perkutut antara lain karena sosok tubuhnya, keindahan bulu dan suaranya, bahkan ada yang percaya dengan kekuatan magis yang dipunyai burung ini.

Pada jaman dulu burung perkutut banyak dipelihara kaum bangsawan, bahkan raja - raja memperlakukan burung ini sebagai binatang kesayangan atau klangenan.

Konon burung ini bisa membawa rejeki dan menimbulkan ketenteraman bagi pemiliknya, maka wajar jika burung ini sangat digemari.

Masyarakat tradisional Jawa dahulu menempatkan arti perkutut ini sejajar dengan kebutuhan hidup. Pada saat itu ada 5 hal yang melambangkan status sosial, yaitu: wanita (isteri), wisma (rumah), curiga (keris), turangga (kuda) dan kukila (burung perkutut). Kelekatan perkutut pada masyarakat tradisional Jawa bahakan diungkapkan dalam tembang "Kutut Manggung", yang sampai saat ini masih digemari.

Yang jelas burung perkutut mempunyai warna yang indah, bersuara merdu dan berbentuk ramping lincah, hingga nampak anggun walau tampil sederhana. Beberapa kelehihan burung inilah yang mendasari dipilihnya satwa ini sebagai ciri khas fauna Daerah Istimewa Yogyakarta.


CIRI - CIRI

Burung penyanyi berukuran kecil ini termasuk satu suku dengan burung Merpati. Panjangnya antara 20-25 cm dengan kepala bulat kecil berwarna abu - abu. Paruhnya panjang meruncing berwarna kebiru - biruan, sedang lehernya relatif panjang ditumbuhi bulu - bulu halus, yang pada sekitar leher dan dada membentuk pola garis melintang berwarna hitam dan putih. Bulu - bulu tubuhnya berwarna kecoklatan sewarna dengan bulu ekornya yang tumbuh memanjang. Pada bulu sayapnya terdapat garis melintang warna coklat tua, sedang pada kulit kakinya yang berwarna merah tumbuh sisik berwarna kehitaman. Jari kakinya yang berkuku runcing berjumlah empat, dengan posisi tiga depan dan satu di belakang, yang digunakan untuk bertengger.

HABITAT DAN MAKANAN

Pada umumnya burung perkutut hidup berpasangan, walaupun kadang - kadang juga nampak bergerombol. Burung ini amat menyukai tempat terbuka, misalnya kebun, tegal, padang rumput, bahkan di halaman bangunan yang terletak di dekat hutan.

Makanannya terdiri dari biji bijian, seperti : padi, jagung, jawawut, dan lain sebagainya. Burung perkutut liar umumnya berkembang biak sekitar bulan Januari hingga bulan September, ditandai dengan pembuatan sarang yang dibuat bersama pasangannya. Sarang perkutut terdiri dari ranting - ranting kering, berbentuk datar dan tipis dan biasa diletakkan di antara semak - semak atau di dahan pohon yang tidak terlalu tinggi.

Selain hidup secara liar, burung perkutut sudah banyak dibudidayakan. Pembudidayaannya sering dilaksanakan dengan cara persilangan agar mendapatkan bibit unggul yang tangguh.

Perkutut umumnya bertelur dua butir yang berbentuk oval dengan warna putih. Telur tersebut dierami secara bergaintian, yang jantan pada siang hari sedang yang betina sebaliknya. Kira - kira dua minggu telur akan menetas, berupa anak perkutut tanpa bulu, berkepala besar dengan mata tertutup, yang biasa disebut dengan nama piyik.

Sebagai burung klangenan penggemar burung perkutut ini tidak terbatas pada kalangan tertentu saja, sebab burung ini telah menjadi barang komoditi yang cukup ramai pasarannya. Dalam rangka menaikkan nilai jual burung inilah kini lomba perkutut sering dilaksanakan di kota - kota bahkan desa.

Anda tertarik untuk membudidayakannya...???

Suka dengan tulisan seperti ini?

    Silakan berlangganan aritkel di AnekaBurungNusantara & News sehingga Anda bisa mendapatkannya langsung via email Anda. Caranya mudah dan 100 % gratis yaitu dengan mengetikkan dan mengirimkan alamat email Anda di bawah ini. Jangan lupa aktivasi berlangganan dengan mengklik link yang dikirim ke email Anda. Klik di sini untuk melihat cara aktivasi tersebut.

Bagi Artikel Melalui :